Boon Pring, Serunya Wisata Alam Bernuansa Bambu

Mau tahu destinasi wisata di Malang, yang berbeda? Cobalah datang ke destinasi di Kabupaten Malang. Ada sebuah obyek wisata yang wajib didatangi. Boon Pring Andeman, namanya. Lokasinya ada di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen.

Dalam bahasa Indonesia, nama Pring artinya bambu. Seperti namanya, Boon Pring adalah destinasi hutan bambu.  D sana ada kolam renang buatan. Lokasinya juga keren. Orang-orang sekarang bilang instagrammable.

Hutan bambu yang luasnya 24 hektare itu, sangat cocok untuk wisata alam bersama keluarga. Rimbun tapi tidak menakutkan. Lalu, karena suasanya sejuk, memang layak dikunjungi untuk bersantai. Di sana, setidaknya ada 25 varietas bambu, mulai dari jenis petung, apus, tutul, kuning, pagar, amplex, dan banyak lagi.

Berperahu ke Pulau Lhow

Bagi masyarakat Kabupaten Malang, Boon Pring Andeman merupakan ikon baru andalan untuk mendatangkan traveler. Kali pertama, pandangan mata wisatawan yang datang akan tertuju pada danau kecil yang dapat dikelilingi dengan menggunakan perahu. Ada pula, Pulau Putri Lhow atau Pulau Lhow yang terletak di tengah-tengah danau.

Wisatawan bisa menyewa perahu motor, rakit bambu, atau sepeda air untuk mengelilingi pulau. Untuk menyewa sepeda air, Sobat Pesona akan dikenakan tarif tambahan Rp 15.000 per sepeda dengan kapasitas dua orang. Jika menyewa dengan kapasitas dua orang, biayanya jadi Rp 20.000. Wisata Boon Pring juga menyiapkan kolam renang anak-anak, lho.

Kalau tinggal tak jauh dari sini, tempat ini cocok untuk mengisi satu hari libur bersama keluarga. Namun, kalau memang berniat liburan ke kota Malang dan memang datang dari luar wilayah, meluangkan waktu selama satu hari ke sini bisa jadi pilihan.

Di sana, jika tidak berminat naik perahu, Anda juga bisa melakukan trekking mengelilingi danau. Ada dua jalan darat alternatif, salah satunya mengelilingi bambu, sedangkan alternatif lainnya berupa jalan biasa yang dipenuhi dengan bangunan beratap.

Alternatif yang pertama, cocok bagi mereka yang gemar berpetualang di alam liar. Jalur yang dilalui tidak menanjak maupun menurun, namun masih berupa tanah sehingga rawan becek ketika musim hujan. Sementara jalur kedua, berupa jalan biasa yang dipenuhi bangunan beratap sirap tempat penduduk lokal berjualan makanan lokal seperti bakso, sempol, serta makanan dan minuman ringan lainnya.