Penulisan Sejarah Tradisional Menekankan Pada Konsep dan Ciri-Ciri

Penulisan sejarah tradisional menekankan pada konsep pasalnya berasal dari kata history yang berarti sejarah. Sementara itu, grafi berarti deskripsi atau penulisan menjadi historiografi berarti penulisan sejarah.

Berdasarkan pendapat dari Kuntowijoyo dalam buku Modul Pembelajaran SMA Sejarah Kelas X historiografi. Di mana termasuk salah satu tahap menceritakan kembali sebuah peristiwa sejarah sebagai sebuah bentuk catatan sejarah.

Pembagian Penulisan Sejarah Tradisional Menekankan Pada Konsep

Soedjatmiko berpendapat dalam buku Manusia dan Ruang Lingkup Ilmu Sejarah menyatakan bahwa penulisan sejarah tradisional menekankan pada suatu konsep. Dimana ditulis bentuk prosa maupun puisi (syair), seperti serat, babad, kanda, sejarah, carita, hikayat, sejarah, tutur, salasilah, serta cerita-cerita manurung.

Historiografi yang ada di Indonesia terbagi atas modern, tradisional, dan kolonial. Penulisan historiografi yang ada di Indonesia ini telah dimulai pada zaman kerajaan Hindu-Budha hingga berkembangnya Islam.

Sementara itu, Indonesia historiografi sudah diawali dari masa aksara atau tulisan dengan karya pertama. Baik itu berupa prasasti oleh Mpu Prapanca yang menulis kitab Negarakertagama.

Sementara itu, sejak masa tradisional buku dengan judul Cristische Beschouwing Van Sadjarah Van Banten atau buku terkait sejarah Banten pada 1962 – 1963 telah dianggap sebagai titik balik berakhirnya historiografi tradisional di Indonesia.

  1. Historiografi Tradisional Saat Masa Hindu-Budha

Sejak masa Kerajaan Hindu-Budha, penulisan sejarah tradisional menekankan pada konsep semakin berkembang pesat. Bahkan, telah dibuktikan dengan terciptanya 1.000 buah naskah di seluruh Nusantara dengan beberapa di antaranya berupa penulisan kitab.

Misalnya saja, karya tulisan pada masa tradisional dari kerajaan Hindu-Budha berupa Babad Tanah Pasunda dan Parahyangan. Sementara itu, ada Babad Tanah Jawa, Pararaton, Nagarakertagama, Babad Galuh, Babad Sriwijaya, dan masih banyak lainnya.

  1. Historiografi Tradisional Saat Masa Islam

Kisah sejarah yang dibuat sebagian termasuk salah satu penyesuaian kebudayaan Islam. Contoh dari karya yang telah ditulis oleh pujangga pada saat kerajaan Islam di Nusantara yaitu:

  • Kerajaan Islam berasal dari Cirebon
  • Babad Banten dari Kerajaan Islam Banten, Diponegoro yang menceritakan terkait kehidupan Pangeran Diponegoro, dan Demak tentang Kerajaan Islam Demak serta Babad Aceh.

Ciri-ciri dari Historiografi Tradisional Berikut

Berdasarkan, pendapat dari Hasnawati dalam buku Modul Pembelajaran SMA Sejarah Kelas X menyatakan bahwa sudah ada 6 (enam) ciri-ciri historiografi tradisional, berikut ini penjelasannya:

  1. Istana sentris, dimana karya hanya lebih fokus pada kehidupan raja atau keluarga istana. Jadi tidak akan ada cerita terkait kehidupan masyarakat umum
  2. Religius magis, yakni sejarah yang berkaitan dengan kepercayaan dan hal-hal gaib. Hal ini berguna sekali agar rakyat patuh kepada raja karena seorang raja, karena dianggap sebagai penjelmaan Tuhan atau Dewa.
  3. Bersifat feodalistis aristokratis, yakni cerita sejarah yang menceritakan terkait bangsawan feodal, sama dengan istana sentris. Di mana cerita yang dikisahkan hanya berfokus pada kaum bangsawan dan tidak ada berkaitan terkait kehidupan sosial ekonomi masyarakat umum.
  4. Tidak adanya perbedaan peristiwa nyata dan khayal karena seluruhnya dianggap sama.

Dari beberapa penjelasan diatas, ada banyak sekali pengetahuan yang bisa didapatkan. Penulisan sejarah tradisional menekankan pada konsep memang benar-benar sangat penting sekali.