3 Pesan Penting MUI untuk Tim Medis Haji: Jangan Abaikan Spiritualitas Jamaah!
JAKARTA, KABARUMAT.COM – Tenaga kesehatan yang bertugas melayani jamaah haji tahun ini mendapat arahan khusus dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Lewat pendekatan penuh empati dan nilai spiritual, petugas medis diingatkan untuk tak hanya mengobati, tapi juga menenangkan hati para tamu Allah, terutama para lansia yang rentan secara fisik.
Wakil Ketua Lembaga Kesehatan MUI, Dr. dr. Bayu Wahyudi SpOG, memberikan tiga arahan strategis bagi seluruh tenaga kesehatan yang bertugas selama musim haji 2025. Dalam pernyataannya kepada MUIDigital pada Ahad (8/6/2025), ia menekankan pentingnya pendekatan yang lebih dari sekadar klinis dalam menangani para jamaah haji.
Arahan pertama menyangkut pentingnya pelayanan kesehatan yang mengedepankan sisi kemanusiaan dan spiritualitas. Dokter Bayu menjelaskan, banyak jamaah haji merupakan warga lanjut usia, sehingga pendekatan yang ramah, penuh kesabaran, serta komunikasi yang baik menjadi mutlak.
“Utamakan edukasi preventif, bukan hanya bersifat kuratif. Libatkan unsur spiritual seperti doa, dzikir, dan motivasi dalam proses pelayanan, agar jamaah merasa tenang dan tetap percaya diri saat menghadapi persoalan kesehatan,” ujarnya.
Kedua, dokter Bayu meminta agar para tenaga kesehatan selalu dalam kondisi siaga, 24 jam penuh. Ia menyarankan keberadaan tim medis mobile yang ditempatkan di sektor maktab dan sekitar masjid, khususnya di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Ia menekankan perlunya perlengkapan darurat seperti oksigen portabel, alat ukur tekanan darah (tensimeter), EKG portabel, hingga defibrillator agar tim medis bisa merespons cepat jika terjadi keadaan gawat darurat.
Tak kalah penting, pesan ketiga yang disampaikan adalah perlunya pengawasan aktif terhadap potensi kejadian luar biasa (KLB), terutama penyakit menular. Dokter Bayu menyebutkan bahwa penyakit seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare, dan heatstroke masih menjadi ancaman serius selama ibadah haji.
“Tenaga kesehatan harus melakukan surveilans aktif dan mengarahkan jamaah agar tidak memaksakan diri dalam beribadah apabila kondisi fisik sedang menurun atau sakit,” tegasnya.
Arahan dari MUI ini menjadi pengingat penting bahwa pelayanan kesehatan haji bukan sekadar tindakan medis, tapi juga soal menjaga kenyamanan fisik dan batin para jamaah. Dengan kesiagaan, empati, dan pendekatan spiritual, diharapkan ibadah haji 2025 bisa berjalan dengan lancar dan penuh keberkahan.
Editor: Adam NW