Kabarumat.com - Portal Berita Islami

Makna Mendalam Haji dan Qurban: Jejak Spiritualitas Nabi Ibrahim dan Teladan Sosial Nabi Muhammad SAW

BANJARMASIN, KABARUMAT.COM – Di balik prosesi agung ibadah haji dan penyembelihan qurban, tersimpan filosofi spiritual yang dalam tentang ketundukan, keikhlasan, dan persatuan umat. Ketua Forum Puspa Kalsel, Dr. Hj. Mariani, SH., M.Ag., mengulas makna hakiki dari dua ibadah tersebut, yang mencerminkan teladan dari Nabi Ibrahim As dan Nabi Muhammad SAW.

Nabi Ibrahim As dikenal sebagai sosok agung yang dijuluki “Bapak Para Nabi”, lantaran kedekatannya dengan Allah SWT serta ketaatan yang luar biasa dalam menjalankan perintah-Nya. Di sisi lain, Nabi Muhammad SAW menjadi penutup para Nabi dan Rasul, melengkapi risalah Tauhid yang telah dibawa pendahulunya. Dua figur besar ini menjadi pusat refleksi spiritual dalam pelaksanaan ibadah haji dan qurban yang dijalankan umat Islam hingga kini.

Ketua Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Forum Puspa) Kalimantan Selatan sekaligus Sekretaris Umum BKOW Kalsel, Dr. Hj. Mariani, SH., M.Ag., membagikan pandangannya seputar makna filosofis dua ibadah besar ini. Dalam pesan singkat yang disampaikan melalui WhatsApp, Minggu (8/6/2025), ia menyoroti bagaimana Allah SWT mengabadikan Nabi Ibrahim dan keluarganya dalam ritual-ritual suci umat Islam.

“Saya pernah membaca bahwa karena begitu mulianya Nabi Muhammad SAW, Nabi Ibrahim As sampai meminta kepada Allah agar diizinkan menjadi bagian dari umat beliau. Namun Allah tidak mengabulkannya. Sebagai gantinya, Allah menjadikan keluarga Nabi Ibrahim sebagai teladan dalam rangkaian ibadah haji serta dalam doa-doa tahiyat akhir salat umat Islam,” jelas Mariani.

Mariani menekankan bahwa sinergi nilai-nilai dari kedua Nabi besar ini tidak hanya menjadi simbol sejarah, tetapi mengandung pesan moral universal. Kedua figur ini, menurutnya, selalu sejalan dalam membimbing umat menuju ketauhidan, walaupun hidup di era dan kondisi yang berbeda.

Berbicara mengenai ibadah haji, Mariani menguraikan bahwa perjalanan suci ke Baitullah bukan sekadar ziarah fisik, melainkan simbol perjalanan ruhani manusia menuju penciptanya.

“Haji mengingatkan manusia pada asal mula penciptaannya, arah tujuan hidup, dan pentingnya menanamkan nilai-nilai Tauhid dalam keseharian,” tambahnya.

Ia menjelaskan bahwa setiap prosesi dalam haji seperti tawaf, sai, dan wuquf sarat dengan nilai spiritual—kesederhanaan, kesetaraan, pengendalian diri, serta semangat persaudaraan antar sesama manusia. Pakaian ihram menjadi simbol kesetaraan dan pembebasan dari atribut duniawi yang kerap membedakan status sosial.

“Dengan ihram, semua umat setara di hadapan Allah. Ini menjadi pengingat bahwa persatuan dan solidaritas harus melampaui sekat-sekat duniawi,” tuturnya lagi.

Mariani juga menyampaikan bahwa ibadah haji melatih kesabaran, keteguhan iman, dan kekuatan spiritual. Pada saat yang sama, umat Islam diajak meneladani ketaatan luar biasa Nabi Ibrahim As dan putranya, Nabi Ismail As, yang rela mengorbankan sesuatu yang paling dicintai demi memenuhi perintah Allah.

“Ketika mereka berhasil melewati ujian keimanan terbesar itu, Allah mengabadikan kisahnya dalam Al-Qur’an. Penyembelihan qurban bukan hanya ritual fisik, tetapi simbol dari perjuangan manusia menundukkan ego, nafsu, dan sifat kebinatangan dalam dirinya,” ujar Mariani.

Ia menambahkan bahwa ibadah qurban sejatinya mengajarkan nilai keikhlasan, rasa syukur, dan kepedulian sosial. Melalui berbagi daging qurban, tumbuh solidaritas serta jalinan sosial yang erat di tengah masyarakat.

“Ibadah ini menguatkan keterhubungan kita kepada Allah dan sesama. Dari sini lahir pribadi-pribadi yang taat, ikhlas, dan bertakwa,” ungkapnya.

Menurut Mariani, ibadah haji dan qurban bukan hanya rutinitas tahunan, melainkan proses edukasi spiritual yang dirancang langsung oleh Allah SWT untuk membentuk manusia berakhlak mulia.

Refleksi mendalam atas makna ibadah haji dan qurban yang disampaikan Mariani menjadi pengingat penting di tengah kehidupan modern. Kedua ibadah tersebut bukan sekadar ritual simbolik, namun sarat makna spiritual yang bertujuan membentuk manusia yang bertauhid, rendah hati, peduli sesama, dan menjalin harmoni dengan alam semesta. Di tengah semarak Idul Adha dan musim haji, momen ini menjadi peluang emas untuk memperbarui niat dan menyucikan hati.

Editor: Adam NW

Redaksi KabarUmat.com

Komentar
Bagikan:

Iklan